Bantuan uang tunai Rp 30 juta, secara simbolis diserahkan gubernur ke Lurah Tanjung Jaya, B. Arasman. Khusus petani yang sawahnya gagal panen mendapat alokasi sebesar Rp 1 juta per orang terpisah dalam amplop. Sementara puluhan anak-anak kecil hingga usia sekolah juga mendapat bantuan ‘dadakan’ dari gubernur berupa uang tunai Rp 50 ribu per orang.
Gub kemarin didampingi Asisten II Pemprov Ir H. Fauzan Rahim, Dinmar Najamudin dan jajaran. “Ingat ya pak, bantuan ini khusus untuk petani yang sawahnya terendam banjir. Nanti saya mohon bapak buat catatan tentang siapa saja warga yang sawahnya rusak akibat banjir dan sampaikan laporannya ke staf saya,” pinta Gub pada Lurah Tanjung Jaya saat menyerahkan bantuan.
Untuk diketahui, sebelumnya lebih dari 210 rumah di kawasan Tanjung Jaya dan sekitarnya terendam banjir pasca hujan deras selama 7 jam pada Sabtu (11/4) malam kemarin. Senin siang, permukaan air sudah mulai menyusut. Namun sekitar 50 hektare sawah masih terendam. Termasuk jalan raya Tanjung Jaya.
“Banjir, biasanya membawa kotoran berupa sampah hingga oli bekas. Nah, kerusakan tanaman padi dikarenakan oli bekas tersebut. Tanaman akan menguning dan mati,” ujar Arasman.
Terkait seringnya kawasan Tanjung Jaya tergenang air tak lama setelah hujan, mungkinkah dilakukan relokasi warga? “Saya sangat bersyukur kalau warga mau direlokasi. Kan, beberapa tahun lalu sudah memberi ganti rugi tapi warga malah kembali lagi ke rumahnya yang sekarang. Kalau memang benar warga mau pindah, nanti lokasi langganan banjir ini akan diubah menjadi kawasan pertanian,” ujar gubernur.
Untuk mengatasi bajir, Pemprov akan mengupayakan pembuatan DAM serta saluran pembuangan air ke laut sebagaimana yang dilakukan di kawasan Lempuing dan Kebun Beler. Hanya saja, rencana ini akan dilakukan bertahap karena dananya bersumber dari APBN. Pembangunannya pun akan dikoordinasikan ke Pemkot.
Mobil Batubara Dilarang Lewat Danau Dendam
Usai meninjau kawasan banjir, Gubernur menuju kawasan wisata Danau Dendam Tak Sudah yang berjarak tempuh sekitar 10 menit dari lokasi banjir. Di lokasi tersebut, gubernur memeriksa dua pintu saluran pembuangan air dari danau Dendam Tak Sudah serta memeriksa saluran pembuangan air serta tanggul yang di atasnya berdiri sejumlah warung.
“Kami tidak akan digusur kan pak? Tolong jangan pindahkan kami pak. Bagaimana kami mau makan nanti,” bujuk sejumlah ibu-ibu saat didekati gubernur. Kontan Gub dan rombongan pun tersenyum dan memasyikan dirinya hanya mencermati tanggul dan saluran pembuangan air.
Belajar dari tragedi Situ Gintung, Gubernur memastikan bahwa dalam waktu dekat truck batu bara tidak diperkenankan melintasi jalan Danau Dendam Tak Sudah. “Nanti akan kita buat portal. Truck batu bara dan mobil besar tidak diperbolehkan lewat. Kalau dibiarkan, kita khawatir tanggul akan jebol dan menyebabkan tragedi mirip Situ Gintung tapi ala Bengkulu,” ujar gubernur.
Warga Tanjung Agung Butuh Tenda
Warga Tanjung Agung yang sudah 3 hari kebanjiran membuat tenda darurat di pinggir jalan. Ini dilakukan mengantisipasi banjir susulan yang akan terjadi, jika hujan terus mengguyur kota seminggu ini. Warga yang rumahnya terendam, meminta bantuan tenda.
Seperti diungkapkan Warga RT 4, Ujang Sudri. Sebab rumahnya hingga kemarin masih terendam banjir, hingga 65 centimeter. Alhasil dia bersama keluarga dan tetangga terpaksa tidur di pinggir jalan, menggunakan tenda darurat.
“Tenda ini kami sewa sebab kalau tidak seperti itu, kita mau tidur dimana. Makanya yang saat ini sangat dibutuhkan, bukan makanan tetapi tenda untuk berteduh. Kalau soal makanan, kit masih bisa usahan. Sebab untuk memasak masih ada kompor yang bisa dibawa keluar rumah. Tapi kalau untuk berteduh, tidak mungkin numpang dirumah tetangga,” tutur Ujang.
Jika tenda diberikan, begitu banjir datang warga tidak perlu menyewa lagi. Menurutnya jika tersedia tenda, paling tidak saat banjir tiba warga langsung mendidirikan tenda. Dengan kapasistas cukup menampung warga yang rumahnya terendam.
“Kalau bantuan makanan, kami rasa belum terlalu penting. Sebab masih ada persiapan makanan untuk dimasak. Tapi kalau tempat berteduh, itu sangat penting. Terutama untuk anak-anak, karena meteka tidak mungkin tidur di tempat dingin. Bisa-bisa banyak penyakit yang kambuh, seperti malaria, tipes atau yang lainnya. Tapi bukan berarti kami tidak butuh makanan,” tukas Ujang.
Kawasan RT 4 ini, termasuk kawasan yang parah terendam banjir. Dari hasil pengamatan RB, kemarin pada pukul 16.00 WIB air sudah mulai surut hingga 50 cm. Bahkan banyak rumah yang sudah kering dari air. Namun di RT 4 air masih menggenangi rumah warga setinggi lutut orang dewasa.
Kawasan lain seperti Perumahan Korpri banjir yang sempat setinggi 1 meter, sudah terlihat surut. Begitu disampaikan Warga RT 3, Riza. “Kemarin memang sempat 1 meter, bahkan jalan masuk juga terendam air. Tapi pas malamnya sudah turun hingga siang ini kering. Tapi memang masih meninggalkan bau anyir bekas banjir. Tapi sejauh ini kondisi warga masih baik-baik saja,” ungkapnya.
Meski air di sebagian rumah sudah mulai surut, namun sawah dan rawa di kawasan tersebut masih terendam air. Bahkan jalan masuk Kantor Lurah, masih terendam hingga 75 centimeter. Hasilnya jalan tersebut, tidak dapat dilewati oleh kendaraan bermotor. Bahkan warga setempat, sempat menemukan ular keluar dari air.
Sementara di Sawah lebar baru, bantuan dari Dinas Sosial sudah diberikan. Baik berupa terpal, panci, beras, sarden, kecap mie. Manurut ketua RT 4, Bahrin (48) bantuan ini diberikan kepada warga yang rumahnya terendam sebanyak 18 rumah.
“Bantuan ini sudah kita bagikan ke warga. Tapi kita belum mendirikan tenda atau dapur umum. Sebab warga yang ruymahnya terendam, masih ngungsi dirumah keluarga merekas. Hanya saja, terpal yang diberikan, tetap saya simpan berjaga-jaga kalau banjir semakin tinggi,” ungkap Bahrin.
Namun ia memperkirakan, jika hujan kembali terjadi. Maka rumah warga yang terendam akan terus bertambah. Namun diharapkan agar hal tersebut tidak terjadi. “Tapi kita tetap terus harus siaga, karena air masih menggenangi rumah warga. Namun saat ini air sudah mulai surut hingga 75 centimeter, padahal malam tadi (12/4) air mencapai 2 meter,” demikian Bahrin.
Hujan dan Badai Sampai 20 April
Hujan disertai badai diperkirakan akan berlangsung hingga 20 April 2009 mendatang. Dari data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Klimatologi Kl. II Pulau Baai Bengkulu, hari ini (15/4) diperkirakan hujan masih akan berlangsung. Pada citra satelit cuaca terlihat adanya tekanan rendah di Samudera Hindia Barat Daya Bengkulu.
Diperkirakan cuaca berawan hingga hujan dengan intensitas hujan ringan (0,1 – 5 mm per jam) hingga sedang (5 – 10 mm per jam). Dengan suhu udara 24 – 32 derajat celcius, kelembaban udara 69 – 97 persen.
Diperkirakan gelombang laut dengan tinggi 1,5 m sampai dengan 2,5 m berpeluang terjadi di Perairan Bengkulu. Samudera Hindia Barat Daya Bengkulu, Perairan Enggano dan Samudera Barat Daya Enggano. Ini berbahaya bagi perahu nelayan dan tongkang.
Observer BMG Stasiun Klimatologi Kl. II Pulau Baai Bengkulu, Muhammad Nasir, ketika ditemui RB tadi malam (14/4) mengatakan, hujan ringan (0,1 – 5 mm per jam) hingga sedang (5 – 10 mm per jam) dan kadang-kadang lebat (10 – 20 mm per jam) diserta angin kencang dan petir diperkirakan akan terjadi hingga 16 April 2009.
“Hingga tanggal 16 April 2009 diperkirakan terjadi hujan ringan hingga sedang, kadang-kadang lebat diserta angin kencang dan petir masih akan berlangsung. Sedangkan tanggal 17 – 20 April 2009 hujan masih akan terjadi. Diperkirakan terjadi hujan ringan hingga sedang. Namun potensi angin kencang tetap ada,” ujar Nasir.
Angin kencang dan hujan lebat, lanjut Nasir berpotensi terjadi. Hal ini dilihat dari perkumpulan atau pertumbuhan awan konvektif yang bergerak. Dilihat dari pertumbuhan awan yang terlihat di satelit berpotensi hujan yang dapat memicu hujan dalam waktu yang lama.
“Potensi angin kencang ini terjadi dari perkumpulan atau pertumbuhan awan konvektif yang bergerak. Dari pertumbuhan awan yang terlihat di satelit yaitu awan konvektif (Commulusnimbus) dan awan menengah. Yang berpotensi hujan yaitu awan altostratus yang dapat memicu hujan dalam waktu yang lama,” jelas Nasir.(beb/jur/rei)