Featured Article

Jumat, 24 April 2009

Hari Bumi Untuk DAS Air Bengkulu



Menyambut Hari Bumi yang diperingati setiap setiap tanggal 22 April, sejumlah Organisasi Non Pemerintah, Pecinta Alam dan Pelajar serta Masyarakat Kota Bengkulu menggelar aksi bersih pantai dan melakukan penanaman pohondi muara Sungai Bengkulu.

Koordinator Lapangan, Hartanto "Ulayat Bengkulu" dilokasi kegiatan, mengatakan acara ini merupakan bentuk aksi nyata dan kampanye penyelamatan DAS Air Bengkulu. Kampanye yang khususnya ditujukan kepada masyarakat dan pemerintah agar berperan aktif menjaga lingkungan yang semakin memprihatinkan.

Khususnya di Kota Bengkulu yang semakin sulit untuk menakses air bersih akibat tercemarnya sungai Air Bengkulu namun masih dipakai untuk sumber air PDAM Katanya..

Tema Aksi yang diusung kali ini adalah "Marolah Kito Jago Bumi Kito yang satu"diharapkan bisa membangkitkan semangat kepedulian masyarakat dan pemerintah untuk bertindak lebih ramah terhadap Bumi dengan menjaga kelestarian lingkungan.

"Bumi ini hanya satu dan akan kita wariskan ke anak cucu kita, untuk itu agar semua penghuni bumi ini memahami itu, tindakan paling sederhana adalah tidak membuag sampah kesungai dan laut".

Kegiatan penanaman bakau di Muara Sungai Bengkulu yang melibatkan sejumlah organisasi non pemerintah diantaranya Ulayat Bengkulu, Walhi Bengkulu, PPMI, Forum Masyarakat DAS Air Bengkulu, Organisasi Mahasiswa pencinta Alam dan Organisasi pelajar pencinta Alam se Kota Bengkulu. Aksi ini diharapkan bisa memberikan perubahan bagi ekosistem kawasan DAS khususnya di Muara Sungai Air Bengkulu.

Ketua Forum Masyarakat Peduli DAS Air Bengkulu, Rusdan Tafsili mengatakan kerusakan DAS Air Bengkulu sangat memprihatinkan yang terbukti dari banjir tahunan yang melanda Kota Bengkulu meskipun hujan tidak mengguyur wilayah ini.

Ini karena hulu sungai sudah sangat parah kerusakannya sehingga hujan dihulu tidak bisa lagi ditampung dan seluruhnya terbawa ke hilir sehingga mengakibatkan banjir di Kecamatan Sungai serut, katanya.

Untuk Melestarikan DAS Air Bengkulu, Forum yang beranggotakan 41 orang ini sudah melakukan pembibitan 10 ribu pohon bakau secara swadaya dan direncanakan akan ditanami di sekitar muara sungai Air Bengkulu. (Suara Bengkulu)

Kamis, 23 April 2009

Air PDAM Tidak layak di konsumsi

Air yang dikonsumsi masyarakat Kota Bengkulu dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang berasal dari instalasi Surabaya sudah tidak layak minum, karena air dari Sungai Air Bengkulu itu memiliki tingkat kekeruhan lebih dari 300 NTU.

"Padahal ambang batas hanya 15 NTU," kata Direktur Yayasan Ulayat, Oka Adriansyah, di Bengkulu, Kamis (23/4).

Ia mengatakan air tersebut telah tercampur dengan dua zat berbahaya, yakni "cromium" dan "copper", yang jika dikonsumsi tubuh dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan penyakit kanker. "Dua zat ini masing-masing akibat pencucian batubara di hulu sungai dan copper dari limbah pengolahan karet," katanya.

Oka mengatakan, hal ini merupakan hasil studi yang dilakukan Yayasan Ulayat belum lama ini dan saat ini dipastikan tidak ada biota yang mampu hidup di sungai tersebut.

Dia mengatakan, saat ini terdapat tiga perusahaan tambang batubara yang beroperasi di hulu sungai Air Bengkulu dan terdapat dua perusahaan pengolahan karet yang membuang limbahnya ke sungai Air Bengkulu. "Ditambah lagi kerusakan daerah tangkapan air dan kebiasaan buruk masyarakat kita yang membuang sampah ke sungai,"katanya.

Sementara kata Oka, hampir 30 persen masyarakat Kota Bengkulu masih menggunakan sumber air Sungai Air Bengkulu untuk kebutuhan minum dan lainnya.

Menurut dia, salah satu upaya yang memungkinkan untuk merehabilitasi air yang berasal dari Sungai Air Bengkulu adalah merehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS). "Sehingga proses pembersihan air itu sendiri berlangsung normal, kondisi saat ini DAS Air Bengkulu sangat parah kerusakannya,"katanya.

Salah satu indikator rusaknya hulu sungai adalah banjir langganan yang melanda Kota Bengkulu, khususnya di Kecamatan Sungai Serut yang merupakan bantaran Sungai Air Bengkulu.

WARGA BENGKULU MINTA IZIN JUAL LIMBAH BATUBARA

Warga Kota Bengkulu yang tinggal di sekitar muara Sungai Air Bengkulu meminta izin Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu untuk mengambil dan menjual hasil limbah batubara yang terbawa aliran sungai dan menumpuk di muara.

Bengkulu 26/2 (Regional.Roll) - Warga Kota Bengkulu yang tinggal di sekitar muara Sungai Air Bengkulu meminta izin Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu untuk mengambil dan menjual hasil limbah batubara yang terbawa aliran sungai dan menumpuk di muara.

"Kami mengambil limbah batubara yang terbawa aliran sungai dari lokasi penambangan di Taba Penanjung untuk dijual karena kalau tanpa izin bisa ditangkap dengan pasal penambangan tanpa izin," kata Erpan, warga Beringin Raya yang menjadi pengumpul hasil limbah, Kamis.

Ia mengatakan limbah batubara yang terbawa aliran sungai tersebut diperkirakan hasil produksi sejumlah perusahaan tambang batubara di Kecamatan Taba Penanjung, di sekitar kawasan Bukit Sunur yang merupakan hulu sungai Air Bengkulu.

Hasil pengumpulan limbah berupa bongkahan kecil batubara bisa dijual masyarakat seharga Rp200 per kg.

"Kami mengambil dari warga yang memungut limbah batubara seharga Rp200 per kilo, kemudian kami jual ke Jakarta Rp700 per kilogram," katanya.

Menurut dia, pemasaran hasil limbah dengan tujuan Jakarta tersebut mengharuskan pihaknya mengurus izin ke ESDM sehingga tidak ada masalah saat beraktivitas.

Ia mengatakan, setiap minggu hasil limbah batubara yang dikumpulkan dari masyarakat bisa mencapai 64 ton dan langsung dibawa ke Jakarta.

Erpan mengatakan aktivitas ini bisa mengurangi limbah batubara yang menumpuk di muara sungai Air Bengkulu, sehingga mencegah pendangkalan muara.

"Selain itu juga menambah pemasukan bagi masyarakat yang sehari-hari mengumpulkan limbah batubara di muara itu. Satu orang bisa mendapat empat sampai lima karung, isi 60 kilogram per hari," katanya.

Ia menambahkan bahwa pihaknya sudah memasukkan sejumlah persyaratan ke Dinas ESDM Provinsi Bengkulu dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan sehingga proses penjualan bisa dilakukan.***3***
sumber :http://www.news.roll.co.id/komoditas/30-komoditas/22922-____warga-bengkulu-minta-izin-jual-limbah-batubara____.html

Senin, 20 April 2009

Ayo Gabung dalam Aksi Pedulu DAS Bengkulu





Bantuan Banjir Rp 30 Juta “Ngendap”

Alasannya, menurut Lurah Tanjung Agung, B. Arasman jumlah petani yang terkena dampak banjir mencapai 87 orang. Tak ingin muncul konflik, uang tersebut sengaja belum dibagikan. Itu pun sudah berdasarkan kesepakatan warga.

Kekurangan dana Rp 57 juta untuk 57 orang petani sudah diusulkan ke Gubernur Jumat (17/4) lalu. Saat menyalurkan bantuan, Gub mewanti-wanti bahwa uang bantuan hanya diperuntukkan bagi petani yang sawahnya mengalami kerusakan akibat terendam air. Dengan ketentuan, setiap petani mendapatkan bantuan sebesar Rp 1 juta.


“Untuk sementara, uang bantuan Pak Gub disimpan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau LKMD, Junaidi. Insya Allah, kekurangannya bisa diakomodir Pak Gubernur. Sesuai instruksi Pak Gubernur, kalau ada kekurangan maka segera dilaporkan. Ternyata, setelah kita melakukan pendataan, ada sekitar 87 petani yang sawahnya terendam air banjir. Sebagian dari sawah tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Ada yang mulai menguning dan sebagian lainnya layu,” ungkap Arasman.

Bagaimana jika tidak? Dikatakan, keputusan tentang pemanfaatan bantuan tersebut akan diserahkan ke petani Tanjung Jaya. Dikatakan, wacana yang berkembang saat ini, bila tidak ada penambahan bantuan maka besar kemungkinan kalau dana bantuan yang sudah ada tersebut akan dibagi rata. Bila itu terjadi maka setiap petani akan mendapatkan bantuan sebesar Rp 344.827 per petani. Namun tidak tertutup kemungkin ada solusi lain, tergantung kesepakatan rapat petani nantinya.

Bila mengacu pada perkataan pak Gub, seharusnya setiap petani mendapat bantuan sebesar Rp 1 juta. Tapi kalau dibagi rata maka bantuan diterima menjadi lebih kecil. Kurang dari Rp 345 ribu per orang, beber Arasman.

Sekadar mengingatkan, gub memberikan bantuan sebesar Rp 30 juta kepada petani yang sawahnya terendam banjir pada pekan kedua April kemarin atau tak lama setelah Pemilu 9 April 2009. Bantuan diserahkan disela-sela aktivitas gubernur memantau korban banjir yang rutin terjadi di Kelurahan Tanjung Jaya.

Seandainya memang perlu dilakukan peninjauan lapangan atas penambahan jumlah petani yang mengalami kerugian akibat sawahnya terendam banjir, tentu akan lebih baik, demikian Arasman.(beb)

Banjir, Gubernur Bengkulu Tabur Uang

Bantuan uang tunai Rp 30 juta, secara simbolis diserahkan gubernur ke Lurah Tanjung Jaya, B. Arasman. Khusus petani yang sawahnya gagal panen mendapat alokasi sebesar Rp 1 juta per orang terpisah dalam amplop. Sementara puluhan anak-anak kecil hingga usia sekolah juga mendapat bantuan ‘dadakan’ dari gubernur berupa uang tunai Rp 50 ribu per orang.

Gub kemarin didampingi Asisten II Pemprov Ir H. Fauzan Rahim, Dinmar Najamudin dan jajaran. “Ingat ya pak, bantuan ini khusus untuk petani yang sawahnya terendam banjir. Nanti saya mohon bapak buat catatan tentang siapa saja warga yang sawahnya rusak akibat banjir dan sampaikan laporannya ke staf saya,” pinta Gub pada Lurah Tanjung Jaya saat menyerahkan bantuan.


Untuk diketahui, sebelumnya lebih dari 210 rumah di kawasan Tanjung Jaya dan sekitarnya terendam banjir pasca hujan deras selama 7 jam pada Sabtu (11/4) malam kemarin. Senin siang, permukaan air sudah mulai menyusut. Namun sekitar 50 hektare sawah masih terendam. Termasuk jalan raya Tanjung Jaya.

“Banjir, biasanya membawa kotoran berupa sampah hingga oli bekas. Nah, kerusakan tanaman padi dikarenakan oli bekas tersebut. Tanaman akan menguning dan mati,” ujar Arasman.

Terkait seringnya kawasan Tanjung Jaya tergenang air tak lama setelah hujan, mungkinkah dilakukan relokasi warga? “Saya sangat bersyukur kalau warga mau direlokasi. Kan, beberapa tahun lalu sudah memberi ganti rugi tapi warga malah kembali lagi ke rumahnya yang sekarang. Kalau memang benar warga mau pindah, nanti lokasi langganan banjir ini akan diubah menjadi kawasan pertanian,” ujar gubernur.

Untuk mengatasi bajir, Pemprov akan mengupayakan pembuatan DAM serta saluran pembuangan air ke laut sebagaimana yang dilakukan di kawasan Lempuing dan Kebun Beler. Hanya saja, rencana ini akan dilakukan bertahap karena dananya bersumber dari APBN. Pembangunannya pun akan dikoordinasikan ke Pemkot.

Mobil Batubara Dilarang Lewat Danau Dendam

Usai meninjau kawasan banjir, Gubernur menuju kawasan wisata Danau Dendam Tak Sudah yang berjarak tempuh sekitar 10 menit dari lokasi banjir. Di lokasi tersebut, gubernur memeriksa dua pintu saluran pembuangan air dari danau Dendam Tak Sudah serta memeriksa saluran pembuangan air serta tanggul yang di atasnya berdiri sejumlah warung.

“Kami tidak akan digusur kan pak? Tolong jangan pindahkan kami pak. Bagaimana kami mau makan nanti,” bujuk sejumlah ibu-ibu saat didekati gubernur. Kontan Gub dan rombongan pun tersenyum dan memasyikan dirinya hanya mencermati tanggul dan saluran pembuangan air.

Belajar dari tragedi Situ Gintung, Gubernur memastikan bahwa dalam waktu dekat truck batu bara tidak diperkenankan melintasi jalan Danau Dendam Tak Sudah. “Nanti akan kita buat portal. Truck batu bara dan mobil besar tidak diperbolehkan lewat. Kalau dibiarkan, kita khawatir tanggul akan jebol dan menyebabkan tragedi mirip Situ Gintung tapi ala Bengkulu,” ujar gubernur.

Warga Tanjung Agung Butuh Tenda

Warga Tanjung Agung yang sudah 3 hari kebanjiran membuat tenda darurat di pinggir jalan. Ini dilakukan mengantisipasi banjir susulan yang akan terjadi, jika hujan terus mengguyur kota seminggu ini. Warga yang rumahnya terendam, meminta bantuan tenda.

Seperti diungkapkan Warga RT 4, Ujang Sudri. Sebab rumahnya hingga kemarin masih terendam banjir, hingga 65 centimeter. Alhasil dia bersama keluarga dan tetangga terpaksa tidur di pinggir jalan, menggunakan tenda darurat.

“Tenda ini kami sewa sebab kalau tidak seperti itu, kita mau tidur dimana. Makanya yang saat ini sangat dibutuhkan, bukan makanan tetapi tenda untuk berteduh. Kalau soal makanan, kit masih bisa usahan. Sebab untuk memasak masih ada kompor yang bisa dibawa keluar rumah. Tapi kalau untuk berteduh, tidak mungkin numpang dirumah tetangga,” tutur Ujang.

Jika tenda diberikan, begitu banjir datang warga tidak perlu menyewa lagi. Menurutnya jika tersedia tenda, paling tidak saat banjir tiba warga langsung mendidirikan tenda. Dengan kapasistas cukup menampung warga yang rumahnya terendam.

“Kalau bantuan makanan, kami rasa belum terlalu penting. Sebab masih ada persiapan makanan untuk dimasak. Tapi kalau tempat berteduh, itu sangat penting. Terutama untuk anak-anak, karena meteka tidak mungkin tidur di tempat dingin. Bisa-bisa banyak penyakit yang kambuh, seperti malaria, tipes atau yang lainnya. Tapi bukan berarti kami tidak butuh makanan,” tukas Ujang.

Kawasan RT 4 ini, termasuk kawasan yang parah terendam banjir. Dari hasil pengamatan RB, kemarin pada pukul 16.00 WIB air sudah mulai surut hingga 50 cm. Bahkan banyak rumah yang sudah kering dari air. Namun di RT 4 air masih menggenangi rumah warga setinggi lutut orang dewasa.

Kawasan lain seperti Perumahan Korpri banjir yang sempat setinggi 1 meter, sudah terlihat surut. Begitu disampaikan Warga RT 3, Riza. “Kemarin memang sempat 1 meter, bahkan jalan masuk juga terendam air. Tapi pas malamnya sudah turun hingga siang ini kering. Tapi memang masih meninggalkan bau anyir bekas banjir. Tapi sejauh ini kondisi warga masih baik-baik saja,” ungkapnya.

Meski air di sebagian rumah sudah mulai surut, namun sawah dan rawa di kawasan tersebut masih terendam air. Bahkan jalan masuk Kantor Lurah, masih terendam hingga 75 centimeter. Hasilnya jalan tersebut, tidak dapat dilewati oleh kendaraan bermotor. Bahkan warga setempat, sempat menemukan ular keluar dari air.

Sementara di Sawah lebar baru, bantuan dari Dinas Sosial sudah diberikan. Baik berupa terpal, panci, beras, sarden, kecap mie. Manurut ketua RT 4, Bahrin (48) bantuan ini diberikan kepada warga yang rumahnya terendam sebanyak 18 rumah.

“Bantuan ini sudah kita bagikan ke warga. Tapi kita belum mendirikan tenda atau dapur umum. Sebab warga yang ruymahnya terendam, masih ngungsi dirumah keluarga merekas. Hanya saja, terpal yang diberikan, tetap saya simpan berjaga-jaga kalau banjir semakin tinggi,” ungkap Bahrin.

Namun ia memperkirakan, jika hujan kembali terjadi. Maka rumah warga yang terendam akan terus bertambah. Namun diharapkan agar hal tersebut tidak terjadi. “Tapi kita tetap terus harus siaga, karena air masih menggenangi rumah warga. Namun saat ini air sudah mulai surut hingga 75 centimeter, padahal malam tadi (12/4) air mencapai 2 meter,” demikian Bahrin.

Hujan dan Badai Sampai 20 April

Hujan disertai badai diperkirakan akan berlangsung hingga 20 April 2009 mendatang. Dari data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Klimatologi Kl. II Pulau Baai Bengkulu, hari ini (15/4) diperkirakan hujan masih akan berlangsung. Pada citra satelit cuaca terlihat adanya tekanan rendah di Samudera Hindia Barat Daya Bengkulu.

Diperkirakan cuaca berawan hingga hujan dengan intensitas hujan ringan (0,1 – 5 mm per jam) hingga sedang (5 – 10 mm per jam). Dengan suhu udara 24 – 32 derajat celcius, kelembaban udara 69 – 97 persen.
Diperkirakan gelombang laut dengan tinggi 1,5 m sampai dengan 2,5 m berpeluang terjadi di Perairan Bengkulu. Samudera Hindia Barat Daya Bengkulu, Perairan Enggano dan Samudera Barat Daya Enggano. Ini berbahaya bagi perahu nelayan dan tongkang.

Observer BMG Stasiun Klimatologi Kl. II Pulau Baai Bengkulu, Muhammad Nasir, ketika ditemui RB tadi malam (14/4) mengatakan, hujan ringan (0,1 – 5 mm per jam) hingga sedang (5 – 10 mm per jam) dan kadang-kadang lebat (10 – 20 mm per jam) diserta angin kencang dan petir diperkirakan akan terjadi hingga 16 April 2009.

“Hingga tanggal 16 April 2009 diperkirakan terjadi hujan ringan hingga sedang, kadang-kadang lebat diserta angin kencang dan petir masih akan berlangsung. Sedangkan tanggal 17 – 20 April 2009 hujan masih akan terjadi. Diperkirakan terjadi hujan ringan hingga sedang. Namun potensi angin kencang tetap ada,” ujar Nasir.

Angin kencang dan hujan lebat, lanjut Nasir berpotensi terjadi. Hal ini dilihat dari perkumpulan atau pertumbuhan awan konvektif yang bergerak. Dilihat dari pertumbuhan awan yang terlihat di satelit berpotensi hujan yang dapat memicu hujan dalam waktu yang lama.

“Potensi angin kencang ini terjadi dari perkumpulan atau pertumbuhan awan konvektif yang bergerak. Dari pertumbuhan awan yang terlihat di satelit yaitu awan konvektif (Commulusnimbus) dan awan menengah. Yang berpotensi hujan yaitu awan altostratus yang dapat memicu hujan dalam waktu yang lama,” jelas Nasir.(beb/jur/rei)

12 Jam Tertimbun, Warga Kertapati Tewas

Data terhimpun, kejadian longsor tersebut ketika korban dan istrinya tengah berada di pondok kebun yang berjarak sekitar 1 KM dari Desa Kertapati. Dalam kondisi hujan, istri korban keluar pondok menuju sungai Air Tik Besar (Sungai Temiang).

Tak berselang lama, terdengar suara gemuruh dari arah belakang pondok korban. Tanpa diduga, tanah longsoran langsung menimpa pondok dan dalam hitungan detik pondokpun roboh dan dalam kondisi tertimbun tanah.


Korban Rahudin yang semula duduk di teras pondok, diduga tak sempat menyelamatkan diri dan ikut tertimbun tanah longsoran. Melihat kejadian tersebut, istri korban mencoba mencari pertolongan. Namun, jalan satu-satunya yakni dengan menyeberang sungai tak dapat dilalui Timarna, pasalnya kondisi sungai Temiang banjir akibat derasnya hujan.

Dalam kondisi kedinginan serta kebingungan Timarna pun menunggu jasad suaminya yang tertimbun longsor di bawah pohon di kawasan perkebunan miliknya. Sekitar pukul 06.00 WIB, Minggu (12/4) salah seorang warga Tamlaka (45) yang berkebun di seberang sungai dikejutkan dengan teriakan Timarna. Curiga, kemudian Tamlaka menyeberang sungai dan mendapatkan pondok korban dalam keadaan tertimbun tanah longsoran.

Tamlaka kemudian meminta pertolongan warga Desa Kertapati, setelah dilakukan penggalian akhirnya sekitar pukul 08.00 WIB jasad korban dapat dievakuasi dan dalam keadaan tak bernyawa. Jasad korban kemudian dibawa kerumah duka untuk disemayamkan dan dikebumikan.

“Memang di belakang pondok berjarak sekitar 75 meter terdapat tebing dengan kemiringan sekitar 60 derajat. Dan cukup tinggi, diduga karena diguyur hujan, tebing tersebut longsor dan menimpa pondok korban.

Tetapi karena kondisi air sungai yang besar dan tak dapat diseberang, sehingga warga baru mengetahui kejadian tersebut setelah korban tertimbun sekitar 12 jam,” ujar Sekcam Pagar Jati, Sapanudin Dersan yang ikut serta dalam evakuasi korban. (set)

80 Hektare Sawah Gagal Panen

Keempat Kelurahan tersebut masuk wilayah Kecamatan Sungai Serut. Diperkirakan kerugian mencapai jutaan rupiah. Jika tak terendam banjir, diperkirakan 1 – 2 bulan lagi sawah-sawah tersebut akan panen.

Pantauan RB di lokasi sore kemarin, batang padi sudah tak terlihat lagi alias ditenggelamkan banjir. Hal ini kemarin diakui Camat Sungai Serut, Ibrahim Lukani. Diakuinya, setiap banjir sawah petani tersebut selalu terendam banjir. Beberapa kali banjir terjadi saat petani akan memanen padinya.


“Khusus di Tanjung Jaya saja ada 50 hektare dan Sukamerindu 30 hektare yang siap panen. Sisanya ratusan hektare sawah di Sukamerindu dan Tanjung Jaya padi mulai berisi. Akibat banjir ini, otomatis sawah-sawah itu akan gagal panen. Kalau kerugiannya masih dalam penghitungan,” ungkap Ibrahim.

Sementara itu pemukiman penduduk yang terendam kemarin mencapai 6 kelurahan. Masing-masing Sukamerindu, Sawah Lebar Baru, Tanjung Agung, Bentiring, Rawa Makmur dan Penurunan. Ratusan rumah di enam kelurahan tersebut terendam banjir antara 1 – 2 meter.

Kawasan terparah di Tanjung Agung, sebanyak 210 rumah sudah terendam. Pantauan RB tadi malam, warga sudah membuat tenda dan mengungsikan barang-barang dan anggota keluarganya di jalan raya yang lebih tinggi 4 meter dari pemukiman.

Menurut Warga RT 1, Nurlaili banjir sudah melanda kawasan ini sejak Sabtu (11/4) lalu. “Kemarin (11/4) jam delapan malam, air sudah naik hingga selutut orang dewasa. Tapi semakin malam air semakin naik pelan-pelan.

Karena awalnya hanya menggenangi halaman rumah, jam 3 subuh air sudah mulai naik ke teras rumah dan jam delapan pagi ini (12/4), air sudah masuk ke rumah warga dengan kedalaman hingga 1 meter,” tutur Nur yang memandangi rumahnya dari jalan.

Sementara Lurah Tanjung Agung, Saharudin kini tengah mencari bantuan tenda dan bahan makanan untuk warga yang mengungsi. Diperkirakan air akan terus naik selama hujan masih terus menggujur kota.

“Kita saat ini sedang berupaya mencari tenda bantuan, untuk berlindung warga. Tapi kayaknya hari ini, terpaksa warga nyari tenda sendiri dulu. Sebab karena hari libur, kita belum bisa sampaikan permohonan ke Dinas Sosial. Mungkin besok kebutuhan warga ini, akan kita sampaikan,” ujar Saharudin.

Akibat dari banjir ini, kata Saharudin Kantor Lurah Tanjung Agung dan TK Ade Irma Suryani yang berada di satu kawasan ikut terendam. Air merendam setengah bangunan tersebut.

Bahkan akses menuju kantor tersebut, terputus akibat ketinggian air sudah mencapai pinggang orang dewasa. Alhasil warga yang akan melewati jalan tersebut, terpaksa harus memutar lewat jalan Sukamerindu.

Sedang di RT 4 Sawah Lebar Baru, juga terendam banjir hingga kedalaman 1 meter. Sebanyak 8 rumah sudah terendam, dan sebagian sudah ada yang mengungsi ke rumah warga yang tidak kebanjiran. Diperkirakan, jika hujan kembali terjadi hingga malam hari. Rumah yang terendam akan bertambah.

Menurut Ketua RT 4, Bahrin air yang merendam pemukiman merupakan kiriman dari Sungai Bengkulu. Sehingga air naik sangat berlahan, meskipun hujan sempat berhenti. Ini memang kerap terjadi kalau hujan lebat 2 hari berturut-turut. Tapi ini banjir pertama yang terjadi ditahun 2009. Air ini dapat dipastikan naik lagi katanya, kalau hujan kembali terjadi.

“Kalau dulu banyak caleg yang nak ngasi bantuan, kalau kini la sudah pemilihan kecil kemungkinan ada caleg yang memberikan bantuan. Trapi meski demikian, saat ini kondisinya masih terkendali. Tapi kita tetap harus siap-siap,” tukasnya.

Kemudian di Bentiring tepatnya Perumahan Korpri, air juga mulai menggenangi jalan masuk perumahan tersebut. Dengan kedalaman sepinggang orang dewasa. Kawasan terparah yakni SD 89, yang sudah mulai terendam.

Hal serupa terlihat di Rawa Makmur, beberapa rumah sudah mulai terendam. Jalan raya yang tergenang air, mengakibatkan kendaran yang lewat antre. Ditambah banyaknya jalan berlubang, semakin membuat kendaraan yang lewat hati-hati.(jur)

Hujan 7 Jam, 210 Rumah Terendam

Terparah banjir di RT 1 Tanjung Agung dan lokasi TPS 1, kawasan paling rendah ini air sudah masuk ke rumah. Termasuk Kantor Lurah Tanjung Agung yang berada di belakang Kantor Camat Sungai Serut ini mulai dimasuki air usai magrib.

Ketinggian air sudah mencapai lutut orang dewasa. Jika melihat tren hujan yang tak kunjung reda, diperkirakan air akan terus naik. Menurut Lurah Tanjung Agung, Saharudin jika hujan berlangsung hingga 2 hari. Diperkirakan semua rumah bakal terendam. Sampai berita ini diturunkan, hujan deras masih menggujur Kota Bengkulu. Kondisi yang tak jauh berbeda juga terjadi di Kelurahan Sukamerindu dan Rawa Makmur.


“Saat ini, air memang masih merendam halaman dan teras rumah. Kalau hujan di sini, pengaruhnya tak begitu besar. Tapi hujan di gunung kabarnya masih deras, kami khawatir banjir makin tinggi. Saya kira, warga sudah mulai mengemasi dan menaikkan barang-barang berharganya di atap rumah. Sekarang saya masih di lokasi. Untunglah sudah pemungutan suara, kalau tidak hanyut semua kotak dan surat suara. Soalnya lokasi TPS 1 sudah terendam,” ungkap Saharudin tadi malam.

Saat koran ini mendatangi Kelurahan Tanjung Agung terlihat sebagian jalan raya yang rendah, mulai digenangi air. Bahkan sebagian masyarakat sudah mengangkut barang-barangnya dan membuat tenda di jalan yang tinggi. Warga yang langganan terkena banjir tampak sigap. Sementara perempuan dan anak-anak sudah berada di pinggir jalan.

“Khawatir air bertambah tinggi, warga kita sekarang dalam posisi siaga. Begitu air naik, tinggal mengungsi ke jalan. Rumah panggung kini sudah mulai langka, kebanyakan masyarakat membangun rumah permanen yang rendah. Sehingga begitu hujan, langsung mengungsi ke jalan,” tukas Saharudin.

Beberapa RT di Sukamerindi juga tergenang air. Seperti RT 8 dan 9 yang sangat rawan. Menurut Lurah Sukamerindu, Emliyus air sudah menggenangi jalan dan halaman rumah warga. Tapi belum masuk ke dalam rumah.

“Tapi kita tetap siaga, takutnya hujan sampai besok pagi. Kalau itu terjadi air pasti akan masuk ke rumah warga. Tapi saat ini kita akan terus pantau kondisi air, jika memang akan naik lebih tinggi terpaksa warga akan mengungsi. Tapi semoga itu tidak terjadi, kita tunggu saja,” demikian Emilyus. (jur)

Warga Diminta Selamatkan Nipah, Rumbia dan Kelapa

Bupati Mukomuko meminta supaya masyarakat Kecamatan Kota Mukomuko bisa menyelamatkan tanaman nipah dan rumbia. Nipah yang tumbuh subur di pinggir sungai Selagan diminta bisa dimanfaatkan sebagai sumber usaha bagi masyarakat. Ia yakin, buah nipah bisa diolah menjadi makanan khas Mukomuko.

‘’Masyarakat jangan salah kiprah. Nanti melihat batang nipah yang menghijau di pinggir sungai, malah ditebang. Padahal buah nipah bisa diolah menjadi makanan yang enak dan bisa dipasarkan ke luar daerah.

Sama halnya dengan rumbia yang tumbuh di tengah sawah, jangan dimusnahkan. Karena rumbia bisa diambil sagunya untuk menjadi tepung. Tepung paracis dibuat dari sagu rumbia. Saya juga suka makan ondel-ondel sagu yang ditabur kelapa, seperti yang kerap dimasak oleh para orang tua kita dahulu,’’ kata Ichwan.

Selain membudidayakan nipah dan rumbia, Ichwan juga menyarankan petani memanfaatkan lahan tidurnya menanam kelapa. Para ibu-ibu rumah tangga, sejak kemarin diminta mulai menggalakkan pembuatan minyak goreng secara tradisional. Minyak goreng yang dibuat dari inti kelapa kampung itu, dinilainya tidak membahayakan kesehatan. Karena, minyak goreng yang dimasak secara tradisional bebas dari zat kimia pengawet.

‘’Kita sekarang ini benar-benar terlalu manja dan sudah menjadi orang pemalas. Padahal di sekeliling kita, berbagai potensi alam masih bisa kita olah untuk kebutuhan sehari-hari. Contohnya, kelapa di daerah kita ini yang cukup banyak, tapi dibiarkan saja busuk.

Coba buah kelapa itu diolah menjadi minyak goreng. Jangan lupa, tanah yang kosong di pinggiran areal persawahan saya minta ditanami dengan tanaman jenis jarak pagar, kepuh dan Camplung. Karena tanaman jenis itu diyakini bisa memberi penghasilan tambahan bagi petani,’’ demikian Ichwan.

Pertemuan Forum Masyarakat Peduli DAS

Dalam Program penguatan masyarakat sipil dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai Air Bengkulu, Ulayat telah mengidentifikasi kelompok-kelpompok masyarakat (CSO) di DAS Air Bengkulu, memfasilitasi workshop propinsi dan lokakarya-pelatihan penguatan kapasitas CSO. Kegiatan terakhir yang telah dilakukan adalah “Lokakarya Pelatihan Penguatan Kelompok Masyarakat Dan Pengguna Air dalam Pengelolaan Sumberdaya Air di DAS Air Bengkulu”. Kegiatan tersebut dilakukan pada tanggal 5 s.d 6 Desember 2008 di Hotel Pasir Putih Kota Bengkulu. Salah satu keluaran penting dari lokakarya-pelatihan tersebut adalah disepakatinya pembentukan Forum Masyarakat Peduli DAS Air Bengkulu.

Pembentukan forum tersebut didorong oleh kebutuhan masyarakat untuk menyuarakan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi serta dapat berpartisipasi dalam pengelolaan suberdaya air di DAS Air Bengkulu. Organisasi yang ingin dibentuk diharapkan mampu menjadi wadah koordinasi untuk menyuarakan kepentingan masyarakat dalam pengelolaan DAS. Dibutuhkan kelembagaan yang kuat dan legitimasi dari kelompok masyarakat yang diwakili. Pada saat pembentukannya, masyarakat yang hadir belum merumuskan dengan jelas bentuk kelembagaan ini, apakah sebagai organisasi tersendiri ataukah sebagai forum wadah koordinasi antar kelompok masyarakat di kawasan DAS Air Bengkulu dari hulu sampai hilir. Hal ini perlu dibicarakan diantara wakil-wakil kelompok masyarakat yang hadir. Dibutuhkan juga penyebarluasan informasi mengenai keberadaan forum kepada masyarakat umum dan Pemerintah Daerah.

RINGKASAN HASIL PERTEMUAN

Peserta yang hadir:
1. Kelompok Nelayan Pasar Bengkulu
2. Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA)
3. KP2A Temetung Baru Danau Kelurahan Dusun Besar
4. KP2A Keluarahan Panorama
5. KP2A Taba Penanjung
6. KP2A Dayang Perindu Desa Rinduhati
7. LPM Kelurahan Pasar Bengkulu
8. Lurah Pasar Bengkulu
9. Kepala Desa Rinduhati
10. Kepala Desa Penanding
11. Kepala Desa Jambu
12. Kelompok Tani Desa Penanding
13. BPD Desa Rinduhati
14. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Danau Dusun Besar
15. Kelompok Nelayan Pasar Bengkulu

Rumusan Permasalahan Menurut Forum Masyarakat DAS Air Bengkulu:
1. Tidak ada upaya penanggulangan banjir yang menyeluruh dari hulu sampai muara:
a) Kerusakan hutan dan lahan di hulu menyebabkan debit air sungai meluap dengan cepat dimusim hujan
b) Kondisi muara sudah rusak, bentuk muara berpindah-pindah karena erosi tebing sungai dan sedimen yang terkumpul di bagian muara
c) Tidak ada upaya menyeluruh untuk mengurangi laju air sungai dari hulu, pengendalian erosi dan sedimentasi, serta perbaikan kondisi muara.
d) Pintu air pengendali banjir di Kelurahan Tanjung Agung sudah tidak bisa diandalkan.
e) Bahkan ada wacana pemerintah akan membangun danau buatan di areal persawaan di sekitar Kec.Sungai Serut. Hal ini bukan solusi bahkan bisa menjadi masalah baru
2. 2. Tata ruang kota tidak memperhatikan lingkungan DAS:
a) Pembangunan pemukiman di rawa di sekitar persawahan panorama mengakibatkan sawah-sawah terendam banjir.
b) Drainase perkotaan belum tertata
3. 3. Ekosistem Cagar Alam Danau Dusun Besar terganggu
a) Debit air di danau semakin berkurang
b) Pembangunan jalan nakau, ada wacana Pemkot akan melanjutkan pembangunan jalan yang memotong wilayah tangkapan air di CA Danau Dusun Besar, yang mengancam ketersediaan air bagi danau
c) Pembangunan perkotaan di sekitar CA mengancam kelangsungan danau
d) Konversi lahan di wlayah tangkapan CA Danau menjadi kebun sawit dan pemukiman
4. 4. Pencemaran sungai
a) Pencemaran oleh pabrik karet yang tidak mengolah limbahnya sebelum dibuang ke sungai
b) Aktivitas tambang batubara menyebabkan endapan batubara dan memperparah erosi
c) Tidak ada / sangat lemahnya kontrol pemerintah terhadapaktivitas pabrik dan tambang. AMDAL tidak dijalankan
5. 5. Rendahnya ekonomi masyarakat hulu seiring dengan kerusakan hutan dan lahan di hulu – wilayah tangkapan air
a) Ekonomi masyarakat petani di hulu sangat tertinggal.
b) Sangat kurangnya perhatian untuk penguatan ekonomi masyarakat di hulu
c) Perambahan di kawasan hutan oleh masyarakat sekitar dan masyarakat pendatang
6. 6. Belum adanya informasi mengenai rencana tata ruang kabupaten Bengkulu Tengah. Kalau pembangunan kabupaten Bengkulu Tengah tidak memperhatikan pelestarian lingkungan hulu DAS, akan mengancam kondisi DAS Air Bengkulu

Kelembagaan Forum

Forum Masyarakat Peduli DAS Air Bengkulu ini adalah forum koordinasi antar kelompok-kelompok Masyarakat (Organisasi Rakyat) di hulu sampai hilir.
Keanggotaan forum terbuka untuk semua kelompok Masyarakat (Organisasi Rakyat) di hulu sampai hilir yang punya komitmen untuk pelestarian DAS Air Bengkulu.
Arah tujuan forum adalah sebagai:
1. Wadah komunikasi dan urun rembuk antar kelompok masyarakat di hulu sampai hilir, untuk memperjuangkan pengelolaan DAS Air Bengkulu, juga sebagai wadah penyelesaian konflik masyarakat antara hulu dan hilir
2. Sebagai jembatan antara kepentingan masyarakat dengan pihak pemerintah, yang berkaitan dengan pengelolaan DAS Air Bengkulu

Beberapa rekomendasi kepada Pemda:

1. Perlu segera dilakukan upaya penanggulangan banjir yang menyeluruh dari hulu sampai muara:
2. Perlu dilakukan pemulihan kondisi muara sudah seperti pengerukan sedimentasi dan pembangunan alur muara secara permanen. Pemulihan kondisi muara akan mengurangi dampak banjir kiriman dari wilayah hulu, sekaligus dapat bermanfaat untuk penunjang wisata dan menumbuhkan sektor ekonomi masyarakat di sekitar muara
3. Kalau memang ada rencana pemerintah yang akan membangun danau buatan di areal persawaan di sekitar Kec.Sungai Serut. Hal ini bukan solusi bahkan bisa menjadi masalah baru.
4. Diperlukan kegiatan-kegiatan pengaturan aliran air sungai sejak di bagian hulu dan tengah, misalnya reboisasi, penghijauanm di sekitar sempadan sungail, pembuatan cekdam dan embung, yang bisa dikerjakan bersama dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Bukan dengan pembangunan danau baru di bagian hilir yang merugikan masyarakat.
5. Tata ruang kota harus memperhatikan lingkungan DAS:
6. Jangan sampai pemerintah melanjutkan pembangunan jalan nakau yang memotong wilayah tangkapan air di CA Danau Dusun Besar
7. Hentikan pembangunan infrastruktur perkotaan di sekitar CA yang mengancam kelangsungan danau. Termasuk konversi lahan di wlayah tangkapan CA Danau menjadi kebun sawit dan pemukiman
8. Pemerintah harus tegas dan mengawasi aktivitas pabrik karet dan tambang batubara, AMDAL harus ditegakkan, dan masyarakat harus mendapat informasi yang benar
9. Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat petani di hulu
10. Pemberantasan perambahan hutan dan pembukaan lapangan ekonomi alternatif bagi masyarakat sekitar kawasan hutan.
11. Perencanaan tata ruang Kabupaten Benteng hendaknya memperhatikan kondisi DAS. Terutama karena seluruh wilayah tengah dan hulu DAS Air Bengkulu berada di kabupaten Benteng.
12. Diharapkan pemerintah mendukung keberadaan forum masyarakt peduli DAS ini. Perlu ditingkatkan upaya pemberdayaan masyarakat.
13. Pemerintah diharapkan dapat membuat lembaga lintas stakeholder yang melibatkan pemerintah,pengusaha, dan masyarakat untuk membahas solusi permasalahan DAS yang menyeluruh.

Bengkulu, 14 Februari 2009

VIVIN SUSANTI
Manajer Program DAS Ulayat

Perusahaan Tambang Abaikan Reklamasi Sungai

Bengkulu-RoL– Sebagian besar dari 13 perusahaan pertambangan batubara di Provinsi Bengkulu sampai saat ini belum melaksanakan reklamasi atas lahan bekas galian tambangnya, kata Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu Surya Gani.

Reklamasi lahan merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan, karena keberadaannya sebagian besar berada di bagian hulu sungai yang airnya dikonsumsi masyarakat, katanya ketika ditanya ANTARA di Bengkulu, Rabu.

Menurut dia, perusahaan pertambangan yang telah melakukan reklasmi itu hanya dua perusahaan yaitu PT Bukir Sunur dan PT Danau Mas Hitam, sedangkan lainnya masih belum melakukan kegiatan itu.
“Saya akan melakukan survei ke beberapa lokasi pertambangan batubara terbuka, jika ditemukan ada bekas galian yang sudah tidak dimanfaatkan tapi tidak direklamasi, perusahaan itu akan dikenakan sanki,” ujarnya.

Ia mencotohkan dari beberapa perusahaan pertambangan batubara di sekitar kawasan Bukit Sunur di wilayah Taba Penajung, hanya PT Bukit Sunur dan PT Danau Mas Hitam yang melakukan reklamasi, lainnya masih belum mereklamasi.

Surya Gani juga menyatakan beberapa perusahaan pertambangan batubara di wilayah Bengkulu Utara dan Kabupaten Seluma, sama sekali belum melakukan reklamasi, mereka hanya mengeruk batubaranya saja, sedangkan bekas galiannya masih dibiarkan menganga.

Bekas galian tambang yang dibiarkan dan tidak ditanami pohon akan menjadi limbah pada saat musim penghujan, tanahnya akan mengalir ke anak sungai terdekat.

Camat Taba Penanjung Amrul SH, sebelumnya mengatakan, perusahaan tambang batubara di daerahnya sampai saat ini masih mengabaikan reklamsi lahan bekas tambang, sehingga lahan eks tambang menjadi gersang dan berlobang-lobang.

Padahal lokasi tambang tersebut sebagai besar berada dalam kawasan hutan lindung yang berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS), jika hujan bekas galian tambang itu akan membawa lumpur yang mengalir ke anak sungai sekitarnya.

Padahal dalam aturannya setiap tambang terbuka harus melakukan reklamasi atau penghijauan untuk mengamankan kawasan hutan yang sudah terlanjur dibuka dan digali tanahnya mencapai puluhan meter.

Pihaknya sudah beberapa kali memperingatkan pemilik tambang agar menanam kayu di bekas galian, namun sampai saat ini tidak diindahkan.

Menurut dia, beberapa pertambangan batubara di kawasan bukit Sunur sampai kini hanya menyisakan limbah yang langsung mengalir ke anak sungai, sedangkan kontribusi lainnya bagi kecamatan Taba Penanjung tidak ada.

Ia mencontohkan limbah tambang batubara PT Emerat Treden Agenci (ETA) di Desa Surau yang sudah mencemari lingkungan pemukiman warga sehingga masyarakat terancam terkena penyakit kulit dan pernapasan.

Tidak hanya mengancam kesehatan warga, tapi beberapa hektare areal pesawahan sudah tertimbun lumpur batubara yang dialirkan secara liar dari tambang tersebut.

Akibatnya warga setempat merasa dirugikan oleh perusahaan tersebut dan mengancam akan menutup paksa perusahaan itu, disamping tidak ada kontribusi bagi desa sekitarnya, lahan di bagian posisi bawah tambang juga rusak dan tidak bisa dimanfaatkan.

Kepala Dinas Kehutanan Provisi Bengkulu Ir Chairil Burhan ketika dikonfirmasi menyatakan akan menurunkan tim ke lapangan, bila pihak perusahaan tidak melakukan penanaman pohon pada bekas galian tambang, akan dikenakan sanki, karena sudah melanggar aturan.

Popular Posts